Universitas Negeri Semarang

SELAMAT DATANG PARA PEMBACA. Bekerjalah dengan hatimu melalui KONTRIBUSI DAN PENGABDIAN TERBAIK serta gunakan segala potensi yang anda miliki. Pada saat itu anda tidak akan merasa BEKERJA. karena setiap TINDAKAN adalah pilihan YANG MENDATANGKAN KEBAHAGIAAN.

Sabtu, 25 Agustus 2012

LODOK AND ME


[Dunia ini bukan seperti batu dan kayu yang mati.
Dunia ini banyak yang menawan
Dunia ini banyak yang dapat kita nikmati
Dunia ini penuh dengan kehidupan dan keindahan]
  
LODOK-Wisata Tradisional Yang Patut di Kunjungi
LODOK itu namanya. Lodok itu unik dan hanya dapat kita jumpai di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur. Lodok merupakan pemetaan tanah menurut adat manggarai, dibuat oleh Tu'a Teno dalam sebuah gendang (perkampungan adat). Pemetaan ini berbentuk sarang laba-laba berpusat dan dibagi lurus ke arah luar sesuai dengan jumlah anggota persekutuan gendang itu.
Kontruksi sawah lodok jika Anda amati akan memiliki kesamaan dengan rumah adat Kabupaten Manggarai yang biasanya disebut dengan Gendang. Konstruksi sawah lodok dan rumah adat Gendang menunjukkan ada titik pusat di tengah.
Kontruksi sawah lodok menunukkan ada titik pusat ditengah. Di titik ini, yang disebut lodok, sering diadakan upacara adat. Saat musim tanam dan musim panen, warga mempersembahkan korban binatang berupa ayam jantan. Tujuannya agar mendapat berkat dan bersyukur atas hasil kerja yang telah diperoleh. Masyarakat Manggarai mengakui adanya Yang Ilahi, Tuhan Pencipta.
Lodok terletak di sebelah barat kelurahan Wae Belang, sebelah selatan Desa Meler dan Desa Ngawang, sebelah timur Desa Rentung Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur.
Lokasi yang sangat strategis dan terletak di pinggir jalan sehingga memudahkan pengunjung untuk melihat pemandangan yang indah di Lodok. Apabila anda datang dari arah Labuhan Bajo maka anda tinggal keluarkan uang kurang lebih 60 ribu bayar travel jenis APV/ Xenia/Avanza untuk menuju ke lokasi.Anda tinggal bilang mau turun di Lodok-Cancar. Anda langsung akan diantar ke lokasi. Jika Anda datang dari Kota Ruteng daerah bandara Fran Sales lega maka Anda cukup keluar uang 5 ribu rupiah untuk sampai ke lokasi dengn naik angkot warna atas biru dan bawah merah.

Lodok And Me (sebuah kisah di daerah 3T)
HARI demi hari terus aku lalui. Segala rintangan dengan mudahnya ku atasi. Saya terus melangkahkan kaki. Banyak momentum yang ku alami. Bayak kehidupan di sekitarku yang dapat menjadi inspirasi. Juga tak sedikit yang dapat memotivasi.
Katakanlah LODOK and Me. Ya gampangnya LODOK dan saya. Lho apa sih lodok itu? Apa hubunganya lodok dengan saya. Mah hubunganya baik-baik saja. Seperti dua sejoli yang saling melengkapi. Namun, ni yang satunya benda mati. Tetapi dapat dinikmati. 
Let’s continue……

Jumat, 24 Agustus 2012

IDUL FITRI 1433 H

 
Alhamdulillah Monggo Muji Lan Syukur
Dateng Ngarsane Allah Kang Moho Luhur
Ngamal Ibadah Poso Kito Wus Mungkur
Kito Saget Ngelampahi Tanpo Udzur

Kito Saget Sholat Kanthi Berjama’ah
Saget Poso Jangkep Ugi Zakat Fitrah
Mugi Allah Kang Kagungan Sifat Murah
Nerimo Dateng Sedoyo Amal Ibadah

Sak Meniko Sampun Dugi Wulan Syawal
Sumonggo Kito Isi Halal-Bihalal
Soho Ngatah-Ngatahaken Dateng Amal
Ingkang Sholeh Kangge Pembinaan Mental

Dulur Muslim Ojo Nganti Ketinggalan
Iki Jamane Wis Zaman Kemajuan
Ati Podo Diisi Taqwa Lan Iman
Ojo Nganti Keno Pengaruhe Syetan

Nopo Maneh Pendidikan Dateng Putro
Monggo Ditingkatne Ojo Nganti Sudo
Pendidikan Ilmu Umum Lan Agomo
Ingkang Saget Mbuwahne Budi Utomo

Rabu, 22 Agustus 2012

Inspirasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia ke-67


Oleh: Heru Mulyantoro
Sebuah Persamaan Makna Kemerdekaan dan Idul Fitri 
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan (Pembukaan UUD 1945, Alenia Pertama).
            Hari Jumat, 17 Agustus 2012 Indonesia memperingati kemerdekaanya yang ke-67. Peringatan kemerdekaan ini sama dengan kejadian kemerdekaan yang terjadi 67 tahun yang lalu dimana untuk pertama kalinya Ir Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945. Kemerdekaan Indonesia ini juga sangat dekat dengan kejadian Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah. Kemerdekaan dan Idul Fitri mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Perbedaanya jelas bahwa Kemerdekaan adalah bahasa Indonesia dan lahir di Indonesia, sementara Idul Fitri adalah bahasa Arab yang berasal dari Negeri Timur Tengah tersebut. Perbedaan lainnya adalah Idul Fitri hanya diperingati oleh orang beragama islam tetapi kemerdekaan diperingati oleh seluruh golongan agam, suku dan variasinya yang terintegrasi dalam satuan wilayah Negara Republik Indonesia. Dari berbagai perbedaan tersebut ada nilai persamaan diantara Kemerdekaan dan Idul Fitri yaitu makna HARI RAYA KEMENANGAN. Kemerdekaan RI adalah kemenangan bangsa Indonesia melawan penjajah dan Idul Fitri adalah kemenangan Muhammad dalam melawan kaum musryk Mekah waktu itu. Kemerdekaan Indonesia baru dirayakan dalam waktu 67 tahun sementara hari raya idul fitri sudah melampui 14 abad yaitu sudah diperingati yang ke-1433 tahun yang lalu. Hal yang paling menarik dari persamaan kemerdekaan dan Idul Fitri adalah sebuah kemenangan yang dirayakan. Makna dari keduanya mempunyai kesamaan dalam arti luas untuk sebuah penghayatan diri terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah Merdeka mengandung arti 1) bebas dari perhambaan, penjajahan, berdiri sendiri;  2) Tidak terkena atau lepas dari tuntutan; 3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa. Kemerdekaan adalah suatu keadaan berdiri sendiri yang bebas, lepas, tidak terjajah lagi dan memiliki kebebasan. Hal ini mempunyai persamaan dengan makna Idul Fitri yaitu hari kemenangan atau kembali fitrah suci serta terbebas dari segala dosa. Idul Fitri adalah kembali kepada fitrah. Fitrah adalah sifat asal, kesucian, bakat, pembawaan. Dari definisi kamus dan interaksi nilai makna dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hari kemerdekaan adalah sama dengan hari raya idul fitri di Indonesia. Permasalahannya adalah apakah benar nilai-nilai dari kemerdekaan atau fitrah manusia tersebut termanifesatai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti hari ini. Apakah bangsa ini sudah terbebas dari jerat hutang luar negeri/ dept trap, terkungkung oleh perbudakan VOC-VOC baru abad 21, serta perhambaan dari segala bentuk perilaku kehidupan bangsa yang telah mengedepankan hedonism, imperialism, dan liberalism. Adakah kemerdekaan atau kemanangan bagi kaum penghuni ibu pertiwi ini? Sejenak kita renungkan dan heningkan dalam satuan detik peringatan hari proklamasi ini maupun saat idul fitri tahun ini.

Eksistensi Kemerdekaan dan Fitrah Manusia
             Eksistensi Einstein terhadap materi meliputi tiga hal yaitu dimensi ruang, masa dan waktu. Eksistensi pohon meliputi akar, batang dan buah. Begitu juga dengan sebuah eksistensi makna sebuah bahasa Kemerdekaan meliputi tiga komponen yaitu pemikiran, perkataan dan perbuatan. Kemerdekaan sejati meliputi kemerdekaan dalam pemikiran, kemerdekaan perkataan dan kemerdekaan dalam perbuatan. Itulah dimensi iman versi bahasa Arab yang meliputi Amanu Bi Qolbu, Ikrar Bi Lisan, Amalu bi Arkan.  Eksistensi dan esensi meliputi kesatuan antara pemikiran, perkataan dan perbuatan. Kalau kemudian dimensi ini kita asosiasikan dan analisakan terhadap nilai-nilai kemerdekaan kita hari ini maka kita dapat menjawab bahwa kemerdekaan ini sudah terbukti nyata dan konkret atau masih sebatas proses yang harus terus diperjuangkan dan menggenapi mimpi kemerdekaan. Hal ini penting untuk dilakukan agar bangsa ini memahami positioning negerinya didalam perjalanan kehidupannya di bumi tercinta Nusantara. Peringatan Kemerdekaan RI yang ke-67 kalau kita analisa dengan kehidupan yang ada dalam bangsa ini terkait dengan fenomena ekonomi, sosial, politik, budaya dan pertahanan keamanan maka bisa dikatakan bahwa kemerdekaan masih sebatas pemikiran dan perkataan. Setiap kali memperingati Upacara 17 Agustus bangsa ini selalu meneriakkan dan mangangkat kepalan tangan dengan suara keras berkata “ Merdeka, Merdeka, Merdeka”. Proses perwujudan ini terham