BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berdasarkan sifat
kodratnya manusia sebagai mahluk individu juga sebagai makhluk sosial. Pada
prinsipnya manusia adalah makhluk yang selalu hidup bermasyarakat (zoon politicon), yang selalu ingin hidup
bersama-sama dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial manusia tidak mungkin
hidup sendiri. Sebagi contoh bahwa manusia memiliki berbagai macam kebutuhan
yang harus dipenuhi baik jasmani maupun rohani. Menurut Soerjono Soekamto,
kebutuhan dasar manusia terdiri atas; sandang, pangan, papan, perlindungan akan
keselamatan jiwa dan benda, harga diri, kesempatan untuk mengembangkan potensi,
dan kasih sayang (Soerjono Soekamto, 1984:2).
Untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di atas, manusia senantiasa berada dalam proses hubungan
dengan manusia lainya. Untuk memenuhi beberapa kebutuhanya dan untuk
mengembangkan potensi kemanusiaanya, dengan berfikir rasional yang didasarkan
pada pertimbangan untung dan rugi, baik dan buruk, manusia butuh sebuah wadah yang disebut dengan
organisasi.
Menurut James D. Mooney bahwa organisasi adalah bentuk
setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Karena
organisasi dipandang sebagai suatu badan yang terdapat perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama (Agung Feryanto, dkk, 2013:14). Organisasi dapat juga diamati sebagai living organism seperti halnya manusia,
dan sebagai produk proses organizing.
Sebagai living organism yang sudah ada, suatu
organisasi merupakan output proses
panjang di masa lalu. Sebagai produk proses organizing,
organisasi adalah alat atau input
bagi usaha mencapai tujuan.
Sejalan dengan pemikiran
itu, Raymond E. Miles memberi batasan mengenai organisasi sebagai berikut;
“.......an organization
is nothing more than a collection of people grouped together around a
technology which is operated to transforms inputs from its environment into
marketable goods or services.”(organisasi tidak lebih daripada sekelompok orang yang
berkumpul bersama disekitar suatu teknologi yang dipergunakan untuk mengubah
input-input dari lingkungan menjadi barang atau jasa-jasa yang dapat
dipasarkan) (Faustin Cardoso Gomes, 1995:23).
Sejarah juga menunjukkan
bahwa pada pertengahan tahun 1980-an sebagian besar
menganggap bahwa organisasi semata-mata
sebagai alat yang rasional untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan sekelompok orang. Pada prinsipnya yang membuat organisasi adalah orang atau sekelompok orang, yang menjalankan organisasi juga orang dan tujuan organisasi (goal) untuk orang-orang yang terkait dengan organisasi itu. Dapat dikatakan pula bahwa orang atau manusia (man) dalam sebuah organisasi memiliki peranan yang sangat strategis karena manusialah yang mengetahui input-input apa yang perlu diambil dari lingkungan dan bagaimana caranya mendapatkan atau menangkap input-input tersebut, bagaimana cara yang tepat untuk mengolah atau mentransformasikan input-input tadi menjadi output-output yang memenuhi keinginan pasar atau publik (lingkungan).
mengendalikan sekelompok orang. Pada prinsipnya yang membuat organisasi adalah orang atau sekelompok orang, yang menjalankan organisasi juga orang dan tujuan organisasi (goal) untuk orang-orang yang terkait dengan organisasi itu. Dapat dikatakan pula bahwa orang atau manusia (man) dalam sebuah organisasi memiliki peranan yang sangat strategis karena manusialah yang mengetahui input-input apa yang perlu diambil dari lingkungan dan bagaimana caranya mendapatkan atau menangkap input-input tersebut, bagaimana cara yang tepat untuk mengolah atau mentransformasikan input-input tadi menjadi output-output yang memenuhi keinginan pasar atau publik (lingkungan).
Oleh karena itu
organisasi Agar tujuan
organisasi dapat dicapai secara efisien, perlu dilakukan pengorganisasian.
Pengorganisasian (Organizing) merupakan
proses merancang dan mengembangkan suatu organisasi untuk pencapaian tujuan
tertentu. Fungsi ini menciptakan struktur formal yang menunjukkan bahwa tugas
telah ditetapkan, dibagikan, dan dikoordinasikan (Agung Feryanto, dkk, 2013:14). Walaupun
komponen-komponen lingkungan organisasi, seperti kebutuhan-kebutuhan
masyarakat, sumber daya yang tersedia, pengetahuan, nilai-nilai sosial dan
politik yang ada , dan lain-lain dapat mempengaruhi organisasi. Sebaliknya,
unsur-unsur organisasi, seperti goals (tujuan-tujuan),
technology (teknologi), dan structure (struktur) juga berpengaruh
terhadap peranan dan perilaku pelaku organisasi. Peranan dan perilaku pelaku
organisasi mempengaruhi tujuan, teknologi dan struktur organisasi yang
selanjutnya akan berpengaruh pula pada lingkungan organisasi beserta segenap
komponennya.
Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Organisasi harus menyusun suatu sistem untuk melakukan
tindakan yang ditentukan dengan merancang struktur hubungan antara pekerja,
personalia, dan faktor-faktor fisik. Sehingga di dalam organisasi perlu ada
pengorganisasian. Pengorganisasian
mendeskripsikan proses pembagian tugas, wewenang, dan sumber daya untuk
mencapai tujuan bersama. Fungsi pengorganisasian dilakukan melalui tahapan
berikut; (1) menentukan
dan meneliti kegiatan yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu; (2) Mengelompokkan kegiatan dalam suatu organisasi; (3) Mendelegasikan tugas kepada setiap anggota
kelompok sesuai keahlianya; (4) Membentuk struktur organisasi sehingga memudahkan komunikasi (Agung
Feryanto, dkk, 2013:14).
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan
perubahan lingkungan, di dalam
perkembangannya organisasi umumnya sering menghadapi
permasalahan baik interen maupun eksteren. Masalah intern yang dialami oleh organisasi
yang sudah berkembang pesat maupun yang baru
berkembang dan terkadang tidak
terkontrol. Sementara organisasi muncul dari yang kecil sampai berkembang
menjadi lebih besar. Sebagai living
organism organisasi berkembang melelui beberapa fase. Mulai dari fase
kelahiran, fase bermitra, berekan, bekerjasama, membentuk group dengan
organisasi lain, fase membentuk cabang, mendirikan anak perusahaan, fase
kejayaan atau kemapanan, fase perubahan.
Oleh karena itu, organisasi
harus dapat memecahkan persoalan dengan cara meningkatkan keseimbangan diantara
struktur organisasi, budaya organisasi, proses dan strategi sumber daya
manusia. Hal ini mengacu kepada kemampuan organisasi melihat/introspeksi diri
dan memecahkan permasalahanya, kelemahanya, dan mengarahkan sumber yang
diberikan untuk memperbaikinya. Sebagai hasilnya organisasi dapat produktif dan
kompetitif. Organisasi juga mampu melaksanakan regenerasi dirinya sendiri
secara terus menerus.
Setiap organisasi selalu melibatkan anggota yang
berkecimpung di dalamnya,
budaya organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau
manajer bersama karyawan atau anggota untuk menciptakan tradisi yang bermutu,
sehinga produk yang dihasilkan mempunyai mutu yang berkualitas para pemimpin
yang efektif dalam budaya yang tanggap terhadap pelanggan menyampaikan budaya
tersebut melalui penganutan fisi yang berfokus pada pelanggan dan menunjukannya
lewat prilaku terus menerus mereka bahwa mereka setia kepada pelanggan sehingga
organisasi tersebut dapat dikatakan organisasi yang produktif. Pada setiap
organisasi pasti memiliki budaya organisasi yang tersendiri, hal tersebut atas
pertimbangan berbagai faktor, diantaranya : sumber daya manusia, dana,
lingkugan, infrastruktur, dan dunia kerja.
Organisasi juga harus
mampu untuk menformulasikan strategi yang
menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan
lainnya. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka
menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi
pesaingnya (Setiawan,
2006). Kemudian didalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa keunggulan
kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan.
Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, dapat
disimpulkan bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh
organisasi atau perusahaan, dimana keunggulannya dipergunakan untuk
berkompetisi dan bersaing dengan organisasi atau perusahaan lainnya untuk
mendapatkan sesuatu. Keunggulan organisasi dapat ditimbulkan dari kemampuan
organisasi untuk memanfaatkan berbagai sumber daya dan kapabilitasnya sebagai
aset strategig. Keberhasilan pengelolaan aset strategig ini akan menentukan
keunggulan khas organisasi yang mampu menciptakan posisi yang unggul dibanding
dengan para pesaing atau kompetitor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar