Universitas Negeri Semarang

SELAMAT DATANG PARA PEMBACA. Bekerjalah dengan hatimu melalui KONTRIBUSI DAN PENGABDIAN TERBAIK serta gunakan segala potensi yang anda miliki. Pada saat itu anda tidak akan merasa BEKERJA. karena setiap TINDAKAN adalah pilihan YANG MENDATANGKAN KEBAHAGIAAN.

Senin, 27 April 2020

Ketahanan Kesehatan Nasional dan Social Awareness Ditengah Wabah Covid-19

Penulis:
Wiyanto
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan 2019/2020-2
Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Kesehatan adalah hal yang paling mendasar,  utama untuk dipenuhi dalam pembangunan bangsa. Sehat yang dimaksud bukan hanya soal sehat SDM atau manusianya, tetapi juga harus sehat sarana dan prasarananya (infrastruktur publik), sehat kelembagaanya, serta sehat dalam pelayanan publiknya, selain yang lainya. Dengan kata lain, untuk menjamin keberlangusngan bangsa harus sehat dalam pengelolaan negaranya. Unsur man, money, method, machine, material harus dalam kondisi sehat.

Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peran kunci untuk menjamin kesehatan SDM itu sendiri, sarana dan prasarana, pelayanan publik dan hal lainya. Sebab, secanggih apapun sarana dan prasarana publik (infrastruktur), sebagus apapun sistem pelayanan publik yang dibuat oleh pemerintah, jika tanpa didukung oleh SDM-SDM yang sehat akan berkurang nilai vitalnya. Bahkan tidak dapat memenuhi apa yang menjadi harapan sebagaimana awal dibentuk dan diciptakanya.

Social Awareness dan ketahanan kesehatan nasional khususnya SDM  menjadi perhatian serius penulis belakangan ini. Sehat sebagaimana WHO maksudkan adalah keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Senada dengan WHO, di dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud sehat adalah keadaan baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Menjadi pertanyaan mendasar saat ini adalah bagaimana ketahanan kesehatan nasional dan  social awareness khususnya SDM saat ini?

Untuk menjawab problematika di atas, perlu diketahui bahwa isu publik yang menjadi problem publik saat ini di Indonesia dan dunia adalah terkait soal merebaknya penyebaran Covid-19.  Data per- 18 April 2020 Pukul 12.00 WIB, terdapat total kasus Covid-19 ada sebanyak 6.248 pasien, jumlah tersebut merupakan hasil akumulasi penambahan 325 kasus dari sebelumnya. Jumlah pasien sembuh juga mengalami penambahan sebanyak 24 pasien sehingga total pasien sembuh sebanyak 631 orang. Sedangkan presentase kematian ada 8.56% (Sumber Kompas.com, Minggu 19 April 2020 Pukul 07:12 WIB).

Selain soal data tersebut, jumlah provinsi terdampak Covid-19 juga cukup tinggi. Berbagai kebijakan dibuat dan diberlakukan sesuai dengan standart dan mekanismenya. Baik di level nasional maupun daerah.

Gambaran Ketahanan Kesehatan Nasional Ditengah Merebaknya Covid-19
Kata “tahan” itu sendiri mengandung arti tahan menderita, tabah, kuat, perihal keteguhan hati, dapat menguasai diri dan tidak kenal menyerah. Sedangkan nasional dalam konteks ini memiliki arti untuk kepentingan bangsa dan negara, rakyat Indonesia pada umumnya. Merujuk pengertian diatas, ketahanan nasional dapat dimaknai sebagai suatu kondisi yang dinamis berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung dan tidak langsung yang dapat menghambat dan mengancam tercapainya tujuan nasional yang dicita-citakan.


 ____________________ 
"Social awareness sebagaimana telah mewujud dalam tataran pikir, ucap dan perilaku rakyat Indonesia yang sudah baik ditengah covid-19 ini merupakan asset nasional dan dapat memperkokoh ketahanan kesehatan nasional-ketahanan nasional. Sehingga perlu dijaga, dipelihara dan dirawat keberlanjutanya, bukan hanya ditengah wabah covid-19, tetapi juga dalam hal yang lain".
_____________________
Kekuatan ketahanan nasional hendaknya tidak hanya dimaknai bagaiamana kondisi kekuatan pertahananya yang  berupa, jumlah personil (TNI dan POLRI) dan berapa jumlah alutsista yang dimiliki bila dibandingkan dengan jumlah penduduk atau bahkan dibandingkan dengan kekuatan militer (personil) serta alutsista  yang dimiliki oleh negara lain. Tentu, itu tidak dapat dijadikan satu-satunya parameter. Perlu dilihat pula, berapa jumlah kekuatan pertahanan kita (TNI dan POLRI) yang sehat sebagaimana definisi kesehatan oleh WHO, berapa jumlah alutsista yang sehat dalam artian bisa difungsikan dan sesuai dengan kebutuhan saat ini serta mampu untuk mengantisipasi tantangan masa depan. Hal tersebut manakalah kita lihat dari sudut pandang kekuatan pertahanan dalam mempertahankan wilayah.

Berbicara soal ketahanan kesehatan nasional, tentu tidak hanya tentang kondisi ketahanan  kesehatan TNI dan POLRI selaku garda terdepan dalam menjaga wilayah NKRI serta menjamin ketertiban dan kemanaan masyarakat. Tetapi, ketahanan kesehatan nasional tercermin dari kondisi kesehatan seluruh warga negara, baik mereka yang berprofesi TNI-POLRI, tenaga medis  atau pejabat publik maupun warga negara biasa.

Ketahanan kesehatan nasional  dalam hal ini adalah SDM – masyarakat Indonesia yang merupakan bagian dari ketahanan nasional dapat diartikan sebagai kondisi dinamis tentang bagaimana negara dan warga negaranya mampu memiliki daya tahan dibidang kesehatan dalam menghadapi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) terkait soal kesehatan dalam berbagai bentuk, situasi dan kondisi serta banyak dan masifnya.

Kekuatan ketahanan kesehatan nasional dapat dilihat dari seberapa besar jumlah SDM-tenaga kesehatan nasional yang bisa bekerja dan memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia. Kekuatan ketahanan kesehatan nasional juga dapat dilihat dari sarana dan prasarana kesehatan nasional yang berupa alat-alat dan keperluan dibidang kesehatan yang dapat difungsikan serta tidak kekurangan. Ketahanan kesehatan nasional juga dapat dilihat seberapa mampu konstitusi dan perundang-undangan yang dihasilkan mengatur soal jaminan kesehatan dan penanganan wabah penyakit. Selain itu, ketahanan kesehatan nasional dapat juga dilihat dari seberapa siap dan sigap pemerintah dibidang kesehatan, ketika dihadapkan dengan cepatnya persebaran wabah covid-19.

Kekurangan tenaga medis, sehingga membuka kesempatan sukarelawan untuk ambil peran, kekurangan APD sehingga menggerakkan kesadaran masyarakat untuk membantu tim medis, serta hal lainya, adalah salah satu gambaran ujian ketahanan kesehatan nasional kita saat ini yang tidak dapat dipungkiri.

Banyaknya lembaga sosial, organisasi-organisasi sosial untuk mengambil peran berupa menggalang donasi untuk wabah Covid-19, selanjutnya dibelikan APD, masker, hand sanitizer dan lain-lain, juga tak lepas dari gambaran ketahanan pembiayaan dibidang ketahanan kesehatan nasional.
Selain itu, terlihat dari bagaimana pemerintah sejak awal Covid-19 memberikan daftar rumah sakit-rumah sakit rujukan untuk penanganan Covid-19, kian hari daftar rumah sakit rujukan kian bertambah, ditambah dibukanya wisma atlit dan tempat-tempat  lain sebagai rumah sakit darurat atau sekedar tempat isolasi, juga bagian dari ujian ketahanan kesehatan nasional kita, yang juga tidak dapat dipungkiri.

Social Awarness ditengah wabah covid-19
Social awareness yang biasa disebut sebagai kesadaran sosial merupakan cara individu untuk menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi mengenai kejadian atau peristiwa-peristiwa sosial. Social awareness juga dapat dikatakan sebagai bagaimana seorang individu sadar akan keberadaanya dan tanggung jawab sosialnya tanpa ada perintah atau paksaan dari pihak lain.

Manusia sebagai makhluk individu juga sebagai makluh sosial, terdiri dari susunan jiwa dan raga, berkedudukan sebagai makluk yang berdiri sendiri, dan bertuhan, hendaknya sadar akan nilai-nilai fitrah kemanusiaanya.

Sebagai warga negara Indonesia, social awareness juga hendaknya dimiliki sebagai akibat kelahiranya sebagai seorang manusia di dunia, juga sebagai akibat keberadaanya sebagai warga negara. Sebagai seorang manusia yang lahir didunia hendaknya ia tahu dan paham selanjutnya bertindak dengan baik, benar dan tepat, bahwa ia lahir dari mana, dan mau kemana. Bisakah hidup sendiri tanpa menggantungkan dengan manusia lain?. Sebagai akibat dari keberadaanya sebagai warga negara hendaknya menjadi warga negara yang baik yakni warga negara yang good and smart citizen, yang ditandai dengan kesadaran akan hak dan kewajibanya sebagai warga negara.

Di tengah merebaknya wabah Covid-19, social awareness memegang peranan yang sangat penting untuk memperkokoh ketahanan kesehatan nasional. Hal ini terlihat, dari Pertama, bagaimana masyarakat memiliki mindset atau pola pikir yang benar dalam menanggapi problem publik berupa mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Walaupun, masih ada beberapa yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya masih ditemukan sekelompok masyarakat atau individu yang menolak pemakaman jenazah Covid-19, menolak kehadiran individu kembali ke masyarakat, mengucilkan individu atau keluarga yang terduga Covid-19, mengusir perawat yang menangani pasien Covid-19 dari tempat tingalnya.

Kedua, dapat tercermin bagaimana masyarakat bertindak dalam rangka membantu pemerintah untuk waspada dan mencegah dari dan tertularnya Covid-19. Sebagaimana terlihat, banyak masyarakat yang teregerak hatinya membantu dengan ikhlas baik berupa moril maupun materiil. Masyarakat juga mentaati kebijakan-kebijakan pemerintah kaitanya pencegahan dan penanganan Covid-19, seperti menerapkan social distancing, physical distancing juga dalam bentuk yang lainya. Namun, pelu juga disayangkan manakalah masih dijumpai media sosial-media sosial yang masih menyebar berita hoax dan meresahkan terkait Covid-19.

Social awareness sebagaimana telah mewujud dalam tataran pikir, ucap dan perilaku rakyat Indonesia yang sudah baik ditengah covid-19 ini merupakan asset nasional dan dapat memperkokoh ketahanan kesehatan nasional-ketahanan nasional. Sehingga perlu dijaga, dipelihara dan dirawat keberlanjutanya, bukan hanya ditengah wabah covid-19, tetapi juga dalam hal yang lain.